Sebagai gambaran, Ketika tertidur sejenak 1 detik saja saat berkendara di kecepatan 50 km per jam, maka kendaraan akan meluncur bebas tanpa kendali sejauh sejauh 13,89 meter, jarak yang hampir sama dengan ukuran truk trailer pengangkut peti kemas, yakni 12,5 meter hingga 14,5 meter.
Selain kurang tidur, aktivitas berat juga dapat membuat tubuh cepat lelah dan meningkat risiko microsleep. Bahkan, melakukan perjalanan yang monoton atau di lingkungan yang gelap serta tenang juga dapat memicu microsleep.
Mengapa demikian? Ketika lingkungan sekitar monoton dan tidak memberikan stimulasi yang cukup, otak akan mencari cara untuk menghemat energi dengan memasuki mode istirahat.
Murianews Semarang – Saat berkendara terkadang muncul rasa bosan dan jenuh. Hati-hati bila muncul perasaan itu, sebab kondisi tersebut dapat memicu microsleep.
Diketahui, microsleep merupakan periode singkat di mana kesadaran seseorang menurun drastis, mirip seperti tertidur sejenak. Biasanya, ini terjadi tanpa disadari dan hanya berlangsung beberapa detik.
Bila mengalami microsleep saat berkendara, bisa berakibat fatal. Kecelakaan menjadi salah satu peristiwa yang pasti akan terjadi saat pengendara mengalami microsleep.
Sebagai gambaran, Ketika tertidur sejenak 1 detik saja saat berkendara di kecepatan 50 km per jam, maka kendaraan akan meluncur bebas tanpa kendali sejauh sejauh 13,89 meter, jarak yang hampir sama dengan ukuran truk trailer pengangkut peti kemas, yakni 12,5 meter hingga 14,5 meter.
Microsleep sangat mungkin terjadi saat berkendara, paling umum karena kurang tidur. Akibat kurang tidur, tubuh dan otak akan berfungsi kurang optimal dan sulit berkonsentrasi.
Selain kurang tidur, aktivitas berat juga dapat membuat tubuh cepat lelah dan meningkat risiko microsleep. Bahkan, melakukan perjalanan yang monoton atau di lingkungan yang gelap serta tenang juga dapat memicu microsleep.
Berkendara dengan rute yang membosankan atau bikin jenuh juga dapat memicu microsleep. Secara psikologis, kondisi yang tersebut memicu otak memasuki mode istirahat, meski mata tetap terbuka.
Mengapa demikian? Ketika lingkungan sekitar monoton dan tidak memberikan stimulasi yang cukup, otak akan mencari cara untuk menghemat energi dengan memasuki mode istirahat.
Cara Menghindari Microsleep
Ironisnya, meskipun merasa bosan, otak juga bisa mengalami stres karena harus terus berkonsentrasi pada kegiatan mengemudi. Stres berkepanjangan dapat melelahkan tubuh dan memicu microsleep, seseorang merasa tidak menikmati perjalanan, motivasi untuk tetap terjaga akan menurun.
Bagaimana menghindari dari potensi microsleep karena bosan atau jenuh?
• Rencanakan Rute yang Menarik, cari rute yang memiliki pemandangan yang indah, tempat-tempat bersejarah, atau kuliner yang unik. Jalan yang lurus dan datar tanpa banyak tikungan atau tanjakan bisa membuat mata cepat lelah dan pikiran menjadi kosong. Melalui daerah dengan pemandangan yang monoton, bisa membuat perjalanan terasa membosankan.
• Berkendara bersama teman bisa membuat perjalanan menjadi lebih menyenangkan dan tidak terasa membosankan.
• Berhenti di tempat istirahat secara teratur untuk meregangkan otot dan menikmati pemandangan.
• Persiapan kondisi motor yang fit dan membawa perlengkapan yang sesuai dan dibutuhkan bisa menghilangkan kecemasan dan stress sehingga lebih nyaman saat bepergian
’’Perjalanan adalah tentang proses, bukan hanya tujuan. Nikmati setiap momen, pemandangan, dan pengalaman yang Anda dapatkan. Keselamatan tetap prioritas utama. Patuhi peraturan lalu lintas, berkendaralah sesuai kondisi dan situasi, jangan memaksakan diri untuk berkendara terlalu cepat dan selalu konsentrasi,’’ tutup Oke Desiyanto Senior Instruktur Safety Riding Astra Motor Jawa Tengah.