Penurunan itu bahkan mencapai 26,4 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Persentase tersebut setara dengan 1,91 triliun yen atau sekira Rp196 triliun. Hal itu karena Toyota terdampak skandal kualitas dan penurunan penjualan di China.
Angka penjualan Toyota selama kurun itu naik 5,9 persen menjadi 23,28 triliun yen (sekitar Rp 2,3 kuadriliun) menurut pernyataan perusahaan.
Mereka mengakui tidak sepenuhnya mematuhi standar pemerintah dalam pengujian kendaraan dan menurunkan proyeksi produksi merek Toyota dan Lexus dalam tahun fiskal ini menjadi 9,7 juta kendaraan dari 10 juta.
Di pasar luar negeri, Toyota terus menghadapi tantangan di China, tempat konsumen semakin banyak memilih kendaraan listrik yang lebih terjangkau dari merek lokal daripada yang ditawarkan oleh produsen mobil asal Jepang.
Murianews, Jakarta – Pabrikan otomotif asal Jepang Toyota Motor Corp memberikan pengakuan mengejutkan. Pasalnya, mereka mengaku laba bersih dalam enam bulan terakhir turun cukup signifikan.
Penurunan itu bahkan mencapai 26,4 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Persentase tersebut setara dengan 1,91 triliun yen atau sekira Rp196 triliun. Hal itu karena Toyota terdampak skandal kualitas dan penurunan penjualan di China.
Melansir Antara dari siaran Kyodo pada Rabu, Toyota menyatakan bahwa laba operasional perusahaan pada paruh pertama tahun fiskal 2024 menurun 3,7 persen menjadi 2,46 triliun yen (sekitar Rp252 triliun).
Angka penjualan Toyota selama kurun itu naik 5,9 persen menjadi 23,28 triliun yen (sekitar Rp 2,3 kuadriliun) menurut pernyataan perusahaan.
Mereka mengakui tidak sepenuhnya mematuhi standar pemerintah dalam pengujian kendaraan dan menurunkan proyeksi produksi merek Toyota dan Lexus dalam tahun fiskal ini menjadi 9,7 juta kendaraan dari 10 juta.
Skandal tersebut menyebabkan penghentian produksi beberapa model populer Toyota seperti SUV Yaris Cross, menghentikan sebagian jalur produksi di Jepang, dan menggerus pendapatan grup produsen mobil terbesar di dunia ini.
Di pasar luar negeri, Toyota terus menghadapi tantangan di China, tempat konsumen semakin banyak memilih kendaraan listrik yang lebih terjangkau dari merek lokal daripada yang ditawarkan oleh produsen mobil asal Jepang.
Secara global, Toyota menjual 5,37 juta kendaraan selama periode enam bulan, turun empat persen dengan angka penurunan 12,4 persen di Jepang dan 13,7 persen di China.
Penurunan laba bersih perusahaan juga disebabkan oleh kerugian valuasi pada aset berdenominasi mata uang asing, karena yen pada umumnya lebih kuat pada saat penilaian ulang dibandingkan tahun sebelumnya. Faktor ini mengurangi laba bersih sebesar 227 miliar yen atau sekitar Rp23 triliun menurut Toyota.
Toyota masih mempertahankan perkiraan pendapatan untuk tahun fiskal yang berakhir Maret tahun depan.
Perusahaan memproyeksikan laba bersihnya selama kurun itu turun 27,8 persen dari tahun sebelumnya menjadi 3,57 triliun yen (Rp366 triliun), sementara angka penjualannya diperkirakan tumbuh 2 persen menjadi 46 triliun yen (Rp4,7 kuadriliun).
Penjualan grup untuk tahun bisnis ini, termasuk Hino Motors Ltd. dan Daihatsu Motor Co., sekarang diproyeksikan sebanyak 10,85 juta unit atau turun 100.000 dari proyeksi sebelumnya.