Minggu, 20 April 2025

Murianews, Semarang – Mengendarai sepeda motor di jalanan bukan hanya sekadar bisa saja, tetapi juga harus juga memahami mengenai aturan lalu lintas dan keselamatan berkendara. Termasuk bagaimana bersikap ketika berkendara beriringan.

Tanpa pengetahuan dan kesadaran yang mumpuni, berkendara beriringan bisa memicu celaka. Terutama ketika tidak memperhatikan kecepatan dan menjaga konsentrasi saat pengendara di depan tiba-tiba berhenti.

Banyak kejadian kecelakaan berawal seperti situasi tersebut. Dua sepeda motor berjalan beriringan di belakang mobil. Mobil kemudian tiba–tiba melambat dikarenakan suatu hal terjadi di depannya, yang menyebabkan motor yang persis di belakang mobil akan melakukan gerakan pengereman mendadak.

Motor yang paling belakang tidak memiliki ruang yang cukup untuk melakukan pengereman sehingga menabrak.

Apa yang harus diperhatikan saat berkendara dalam situasi tersebut? Berikut tipsnya:

Oke Desiyanto, Senior Instruktur Safety Riding Astra Motor Jawa Tengah mengatakan, saat berkendara beriringan harus menyadari bahwa ada potensi bahaya. Terutama jika mobil atau kendaraan di depan melakukan gerakan tiba-tiba.

Maka solusi yang harus dilakukan pendendara adalah tetap menjaga jarak aman. Karena gagal menjaga jarak aman merupakan satu dari lima perilaku salah yang menyebabkan kecelakaan yang dialami motor paling belakang.

”Sehingga kita perlu menambah jarak aman dengan cara mengurangi kecepatan. Kemudian selalu perhatikan kondisi dan situasi walaupun terlihat aman sekalipun,” ujarnya, Selasa (26/9/2023).

Jarak aman yang dianjurkan saat mengendarai sepeda motor beriringan dengan kecepatan 40 km/jam adalah 20 meter sampai dengan jarak aman 30 meter. Mewujudkan jarak 30 meter saat berkendara akan sulit karena tidak ada patokan dan mengandalkan perasaan.

Disarankan menggunakan parameter satuan waktu yaitu detik. Menggunakan rumus kecepatan, jarak dan waktu maka dengan kecepatan konstan 40 km/jam dalam 1 detik akan menghasilkan jarak 11,1 meter.

”Dengan menggunakan detik inilah kita akan lebih mudah menemukan pendekatan visual yang ideal tentang jarak aman sesungguhnya. Untuk mempermudah menghitung detik harus menggunakan bantuan tiang atau benda-benda yang diam di sekitar jalan,” katanya.

Selain itu bisa juga menggunakan patokan dengan kendaraan lain yang berjalan dengan kecepatan yang akan kita pantau. Kendaraan tersebut berjalan meninggalkan tiang sebagai patokan awal menghitung dan durasi waktu yang telah ditetapkan.

”Jika kecepatan 40 km/jam yang dipantau, maka patokannya adalah jarak mulai dari kendaraan meninggalkan tiang dan berjalan selama 2 atau 3 detik, maka kita akan mendapatkan jarak visual sebagai gambaran yang harus kita gunakan sebagai jarak aman,” paparnya.

Ia menegaskan dengan menjaga jarak aman dari kendaraan lain, akan memberikan waktu dan ruang untuk bereaksi terhadap bahaya. Sehingga pengendara mampu melakukan tindakan mengantisipasi bahaya dengan aman, jika pengendara depan bergerak tiba-tiba.

Komentar

Terpopuler